Nulis Tanpa Batas

Nulis Tanpa Batas

Pelajar yang Tidak Biasa

Sabtu, 01 Juli 2017

Pelajar yang Tidak Biasa

            Pelajar yang “tidak biasa” adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Timbul pertanyaan, siapakah anak yang menderita ketidakmampuan itu?
            Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan cacat (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu dibedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri.
            Para pendidik lebih sering menggunakan istilah anak dengan keterbatasan. Tujuannya adalah memberi tekanan pada anak nya bukan pada cacat atau kketidak mampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai “handicaped” atau penyandang cacat. Kita akan mengelompokan ketidakmampuan dan gangguan sebagai berikut:
1.      Gangguan Indra
Gangguan indra mencakupngangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
a.      Gangguan Penglihatan. Beberapa murid mengalami gangguan penglihatan (visual). Jika kita sering melihat anak yang memicingkan mata, membaca buku dari jarak yang amat dekat, sering mengucek ngucek mata, dan sering mengeluh karena pandangan kabur,maka suruh mereka untuk memeriksa diri. Anak yang memiliki jarak pandang low vision, punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar atau dengan kaca pembesar. Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas seperti sentuhan,atau pendengaran yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak yang leah penglihatan akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas. Salah satu persoalan dalam pendidikan murid yang buta adalah rendahnya penggunaan Braille dan sedikitnya guru yang menguasai dengan baik.
b.      Gangguan Pendengaran. Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara atau bahasa. Jika kita melihat murid yang sering menempelkan telinganya ke sepeaker, sering meminta pengulangan penjelasan, tidak mengikuti perintah, atau sering mengeluh sakit telinga, dingin dan alergi, suruh mereka untuk memerikasakan diri ke ahli THT.  Banyak anak yang  memiliki masalah pendengaran mendapatkan pengajaran tambahan di luar kelas reguler. Pendekatan pendidikan anak untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari 2 kategori, pendekatan oral, dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading, dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari. Bahas isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari adlah mengeja setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata.
c.       Gangguan Fisik. Gangguan fisik antara lain adalah gangguana ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak , dan gangguan kejang-kejang
·         Gangguan ortopedik. Biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena adanya masalah di otot, tulang atau sendi. Cerebral palsy adalah gangguan berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah aatu bicaranya tidak jelas. Penyebab umum adalah kurangnya oksigen saat kelahiran.

·         Gangguan Kejang. Jenis yang sering dijumpai adalah epilepsi, gangguan saraf yang biasnya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang . epilepsi muncul dalam beberapa bentuk yang berbeda. Jika anak di dalam kelas sering melamun  terutama saat dalam tekanan sebaiknya cari tahu apakah anak itu bosan atau sedang minum obat terlarang atau mengalami problem neurologis.

0 komentar:

Posting Komentar