Nulis Tanpa Batas

Nulis Tanpa Batas

Hai, Tampan~

Kamis, 20 Februari 2014



Hai tampan, bagaimana kabarmu hari ini? Ahh… belum apa-apa aku sudah rindu. Padahal kita baru saja bertukar sapa, meski jarak melambai-lambai tertawa.

Tampan, aku sering membayangkan kau ada di dekatku. Merayu dan membelaiku seperti terakhir kali kita bertemu. Kata sayang tak lepas dari bibirmu. Dan kau akan langsung mencumbu bila kuukir senyumku. “Jangan tertawa,” katamu waktu itu. “Kalau tidak, kau akan terus kuganggu.” Tapi bagaimana aku harus menahan kebiasaanku itu bila kau terus saja melucu? Atau, kau memang sengaja melakukannya?

Sejujurnya, aku jatuh cinta pada tatapanmu. Menyentuh  hingga ke relung hati. Yang kau sebut sebagai kebiasaanpun terlihat istimewa di mataku. Perhatianmu sederhana, namun membuatku terpana. “Sayangi aku dengan sederhana, dan kau akan tetap jadi yang teristimewa”.

Beberapa hari ini tidak seperti biasanya, tampan. Kau tak sesantai dirimu yang dulu. Berkali-kali kau rangkai kata cinta. Berulang-ulang kau bisikkan rindu.

Aku menyayangimu, tampan. Sungguh! Aku benar-benar menyayangimu. Mengenalmu adalah kebahagiaan kecil yang dititipkan-Nya padaku.

Teruntuk Lelakiku

Pemilik Bintang :)



Dear AAS ;”)
pemilik rindu di kepalaku

Semalam aku memandangi langit dari jendela kamar. Bintang berpendar di sana sini. Cerah sekali. Lalu aku teringat padamu.

Kubayangkan, kita ada di antara bintang yang bertebaran. Kupilih bintang dengan pendar paling terang dan berdekatan. Mungkin saja ada di satu rasi bintang yang sama. Tapi entahlah, aku sama sekali tak mengerti astrologi.

Ada yang bilang, setiap kita memiliki bintangnya sendiri. Bintang paling indah dan paling bersinar. Saking bersinarnya, kadang kita silau dan sekejab buta. Satu atau dua detik. Atau menjelma dewa dewi Yunani yang konon rupawan. Dan kau adalah bintangku yang paling terang.

sayang, bintang terangku, tak perlu terburu menyelesaikan percakapan dengan jarak. Bayangan yang menemanimu, seperti bayangan yang menemaniku. Perihal cinta yang dijatuhkan, ia telah menempatkan diri. Kau di hatiku, dan aku di hatimu. Ini bukan masalah ragu, tapi kadang ada kabut yang menutupi pandangan. Tapi tenanglah, tujuan perjalanan hatiku adalah kamu, semoga tak tersesat dan selamat sampai nanti bertemu dalam SAKIT yang kau bisikkan di telingaku.

Jadi rangkul jarak dengan akrab. Kelak, dia akan ikut tergelak dalam takdir yang mempersatukan kita.

Tertanda :
Pemujamu

Gadis Kuat



GADIS KUAT
Ya, kamu gadis yang kuat @AfiniWarhamna

 Harus kuat. Karena dunia terkadang kejam. Sekalipun kita memberikan yang termanis dan terbaik padanya. Sekalipun kita sudah terseret jatuh dan menganga luka. Dunia seakan tak peduli. Waktu terus bergerak seakan tak terjadi apa-apa. Kita siapa? Kita apa? Kita hanya harus menjadi gadis yang kuat.

Ah~~
Apa  yang telah aku katakan?
Aku rasa perihal kuat dan bertahan kamu lebih ahli.
Tak seharusnya aku berusaha memberitaumu.
Maafkan.

Ingat dulu saat smp? Hanya dengan saling menatap kita sudah tau isi fikiran masing-masing. Betapa hebat! Tidak semua bisa seperti kita dulu. Sahabat yang telah lama bersama, pun. 
Dan tentang menjadi gadis kuat, kau tau bisa melepas topeng itu padaku. hanya pada kita berdua, biasanya yang kutau. Karena sekuat apapun kita tetaplah gadis. Ada saat dimana gadis harus menangis. Selalu akan tiba saatnya. Dan jika sebab tangismu adalah derita yang kamu simpan sendiri, berbagilah. Aku tak akan pernah membencimu kak. Pun Ayu. Karena kita adalah dua gadis yang lemah saat bersatu. Dan kita adalah dua gadis hebat kelak. Aku menyayangimu kak, maaf jika aku belum bisa jadi adik yang baik untukmu.

Maafkan.
Salam sayang dari Adikmu
Via dwi wulandari

(kamu)

Sabtu, 08 Februari 2014



"Untuk kamu. Dimana di sana, hatiku telah cukup lama tinggal."

Aku lupa. Entah sejak kapan aku mulai suka berbicara banyak hal kepadamu. Meluangkan banyak waktu hanya untuk berbagi cerita-cerita tentang masa depan. Impian-impian kecil ku di masa depan. Atau harapan-harapan ku untuk di masa depan.

Aku lupa. Entah bagaimana aku mulai suka menatapmu lama-lama duduk tepat di depanku. Mendengarkan banyak cerita yang kamu bagi untuk ku. Meluangkan banyak waktu hanya untuk mendengar cerita-cerita tentang masa depanmu. Impian-impian kecil mu di masa depan. Atau harapan-harapan mu untuk di masa depan.

Aku lupa. Entah dari mana datangnya rasa takut untuk kehilangan kamu. Kehilangan cerita-cerita kamu yang sengaja kamu perdengarkan untuk ku. Kehilangan banyak waktu yang biasa kita luangkan bersama. Kehilangan caramu menghiburku ketika aku sedang tak baik.

Kamu pasti paling tahu. Aku tak pandai untuk berbicara banyak tentang perasaanku sendiri untukmu. Aku bahkan tak paham betul bagaimana aku harus menunjukkan sayang yang sebenarnya untukmu. Aku tak seperti mereka yang mengatakan kepada orang lain, betapa mencintanya mereka terhadap pasangannya. Dan seketika pula, mereka mengatakan betapa bencinya mereka terhadap pasangannya.

Sungguh. Aku tak ingin seperti itu. Aku tak ingin berlebihan mencintaimu. Aku pun tak ingin memaksamu untuk tinggal di sini jika kau sudah tak mencintaiku. Kamu pun tak perlu memperdulikan ketakutanku untuk kehilanganmu.

Aku bukanlah seorang pengingat yang baik, sayang. Kamu pasti paham betul itu. Karena apa yang aku ingat secara berlebih, itu lah yang akan aku lupakan terlebih dulu. Kamu tak perlu cemas. Karena bahkan aku mengingatmu dengan cara yang sederhana.

Aku mengerti. Bagaimana upaya kamu untuk tetap tinggal dengan perempuan keras kepala seperti aku. Bagaimana upaya kamu untuk tetap bertahan menjaga perempuan menyebalkan seperti aku.

(k).jpg

Sepenggal Puisi



surat ini tak sengaja ku temukan dalam tumpukan buku-buku dimeja belajarku. ahh, aku ingat. ini adalah surat yang ku tulis tahun lalu. saat aku rindu. semoga surat ini sampai ke tanganmu sebelum aku tiada.



aku mencintaimu..
seperti malam yang semakin larut. dan membiarkan bintang menampakkan dirinya lebih banyak..


aku mencintaimu..
seromantis deruan ombak malam ini. syahdu dan menghanyutkan..


aku mencintaimu..
seperti sepi yang selalu menemaniku di dermaga malam ini..

aku mencintaimu..

tenang seperti laut saat malam. yang malu malu untuk bersuara..

aku mencintaimu…
seperti hawa dingin yang hingga membuatmu memeluk dirimu sendiri..

dan..



aku mencintaimu..


seperti aku yang sekarang..
menunggu pagi datang membawa harapan baru…