Nulis Tanpa Batas

Nulis Tanpa Batas

Jika Aku yang kau rasa benar.

Senin, 17 November 2014

Ada begitu banyak kebohongan yang aku simpan. Salah satunya adalah merasa tidak apa-apa ketika kamu angkat tangan, menyerah atas kita. Salah duanya, aku merasa baik-baik saja ketika kamu tak ada. Salah tiganya, aku merasa biasa saja saat di sana, di dada kirimu, kamu sudah hapus namaku dan menggantinya dengan nama orang lain.

Oh, dengan ukiran yang lebih indah.

Mungkin.


Menurutku, cinta tak harus memiliki, tapi sebaik-baik cinta adalah yang saling memperjuangkan dan yang tabah mempertahankan, layaknya dua tangan dalam satu genggam yang saling menguatkan dan enggan merenggang.

Cinta memang tak harus memiliki,  Tapi cinta itu, keduanya saling menjaga. Bukan hanya salah satu saja..

Aku peranah merasa kamu adalah satu" nya laki" yang bisa merubah ku, memberi kebahagiaan,memberi cinta yang besar.

Namun, aku juga pernah jatuh terlalu dalam ,hingga aku lupa bagaimana cara nya untuk bangkit.
Aku penah berfikir , Tuhan menciptakan cinta dgn paket lengkap. Seperti ini. Di dalam cinta, ada kebahagiaan dan ada luka. Luka menurutku bisa jadi bahagia ketika kamu dapat belajar dari luka trsbut.. Betapa aku mencintai laki" seperti ayah ku. Beliau hebaat. Selalu punya cara untk membuat wanitanya tersenyum, walaupun sebnarnya ia lelah karna kerja. Tapi itu ayahkku. Bukan aku. Aku adalah remaja yang hatinya sedang dalam keadaan emergency.
Kepada kamu yg pernah ada di hatiku, kumohon jgn rubah sikap mu itu.jadilah kebanggaanku, agar kelak jika kita menjadi satu aku takkan merasakan sakitnya seperti sekarang.

(VIA)


Akhir

Minggu, 16 November 2014

Teruntuk kamu.

Mungkin kamu tak akan mengerti bagaimana rasanya dirundung kesepian seperti malam-malam yang selama ini kulalui. Ah ralat, maksudku sepanjang tik tok jam yang aku lalui, tak hanya malam-malam lagi. Setiap hari. Sebab toh kamu punya banyak sekali teman, banyak sekali obrolan dan perbincangan, pun rencana-rencana untuk pergi bersama entah dengan siapa yang jelas bukan aku.

Mungkin juga kamu tak akan pernah menyangka betapa pedih rasanya ketika kamu mau melakukan apapun yang seseorang minta, tapi dia tak melakukan hal yang sama. Seperti menjadikannya nomor satu sementara kamu bahkan tak menduduki posisi kedua, ketiga atau bahkan kelima dalam hidupnya.

Mungkin lagi, kamu tak akan pernah peduli betapa kamu begitu dicintai dan dibutuhkan.

Mungkin kamu tidak akan tahu, bagaimana rasanya seseorang menahan rindu dan pura" tegar di hadapanmu.


Yang salah mungkin justru aku, memberimu waktu untuk sibuk sendiri, lalu aku kehilangan kamu.

Jadi tak salah sama sekali jika kamu memilih pergi mencari suasana baru, padahal ada aku yang siap ada untukmu.

Tak salah pula jika kamu memilih melakukan hal-hal yang menyenangkan sendirian, atau bersama teman-teman, atau entah siapa.

Sekali lagi kamu tak salah.

Yang salah mungkin justru aku.

Kamu tak bertanggung jawab atas pedih, sedih, dan sakit yang aku rasakan karena kehilangan kamu. Yang bertanggung jawab mungkin adalah kesepian-kesepian yang aku ciptakan sendiri.

Mungkin bukan pula salahmu ketika kamu berubah menjadi bangsat.

Mungkin salah kecewaku yang terlalu mengharapkanmu untuk selalu ada dan tak pernah minggat.

Hahaha. Mungkin kesepian itu seharusnya memang dibunuh lalu dihilangkan dari kamus kehidupan. Agar tak banyak orang yang menderita seperti aku di luar sana.

Aku menyayangimu. Sungguh.

Ada dua pilihan bagiku untuk menghadapi kamu. Mungkin aku perlu berkata kasar, tapi kamu nanti menangis dan sakit hati jika mendengarnya..

Atau aku biarkan kamu pergi. Dan tak pernah mengharapkanmu ada dalam hidupku lagi.

Oh ayolah, aku hanya marah.

Entah marah pada siapa. Bukan.. bukan padamu.

Aku tak mungkin mengatakan hal yang macam-macam karena aku tak mau melihatmu terluka. Tak pernah tega. Aku hanya pergi untuk sementara. Sampai kamu –jika aku beruntung- merasakan kesepian yang sama. Sampai kamu –jika aku beruntung lagi- merindukanku sama besarnya.

Aku hanya kesepian. Kesepian sekali.

Aku hanya sedang rindu. Rindu sekali.


Ah.. Sudah, sudah.. Kamu tak perlu memikirkan tentang sakitnya sepi yang mengiris nadi. Itu urusanku. Kamu pergilah. Sampai kamu temukan hal-hal yang membahagiakan. Kelak ketika kamu merasa lelah, dan benar-benar tak ada yang mendengarkanmu, kamu bisa temui aku lagi.

saat MASIH indah

Rabu, 05 November 2014

Biar saya buka tulisan saya kali ini dengan “hai” agar tampak menyenangkan. Dan tak terlalu tampak bahwa saya sedang dalam keadaan yg tak baik.

Jadi..

Hai.

Jadi, apa rasanya jatuh cinta?

Masih ingat?

Menyenangkan ya?

Rasanya semua hal ingin kita lakukan bersama yang dicinta. Tertawa, bercerita, ngambek manja, minta jemput, semuanya. Tidak sulit rasanya untuk berbahagia. Sangat.. sederhana.

Tapi tidak untuk para pelaku LDR.

LDR atau Lali nDuwe Relationship Long Distance Relationship adalah sesuatu yang sulit. Sangat sulit. Saya dulu pernah menggoda teman saya yang LDR juga tentang perasaan sendirian dan kesepian yang tercipta karena ia hanya bisa melakukan semuanya sendirian padahal jelas-jelas ia punya kekasih. “Pacaran macam apa itu?”, goda saya kala itu yang disambut dengan omelan-omelan judes yang semakin sering ia luncurkan justru semakin membuat saya terbahak. Sialnya, tepat 5 bulan setelah saya menggodanya, saya justru menjadi pejuang LDR juga.

Memutuskan untuk menjadi pejuang LDR cukup memakan waktu yang lama bagi saya. Mencoba untuk mengesampingkan perasaan suka saya yang keterlaluan pada laki-laki saya, saya berusaha berpikir jernih dan logis mengenai konsekuensi apa saja yang harus saya jalani, risiko apa saja yang harus saya hadapi, dan semuanya benar-benar membuat saya lelah sendiri sampai akhirnya timbullah pemikiran gila yang mendorong saya untuk menjalani saja. Toh saya tidak sendirian dalam berusaha. Kelak, akan ada si laki-laki yang menemani langkah saya. Ada si laki-laki yang berjuang sama besarnya. Maka bermodal kepercayaan saya terhadap si laki-laki, saya memutuskan untuk menerima cintanya dan menjadi pejuang LDR.

Ini bukan kali pertama saya pacaran ataupun kali pertama saya menjalani LDR, tapi.. entahlah, saya rasa semua orang akan menemukan satu sosok yang membuatnya seolah baru saja mengalami jatuh cinta untuk kali pertama, dan laki-laki saya.. adalah orang itu. Saya merasa seperti baru pertama kali jatuh cinta, baru pertama kali berjuang segigih yang saya bisa, baru pertama kali merasa diinginkan sampai sebegininya. Sebut saya berlebihan, sayang.. Tapi saya memang merasakannya.

Maka, saya jalani hubungan LDR ini dengan keyakinan bahwa saya memang sanggup, bahwa kami memang sanggup.

Awalnya, hubungan LDR terasa begitu biasa karena memang saya terbiasa melakukan banyak hal sendirian sampai akhirnya saya mulai aktif menggunakan instagram dan path yang di timelinenya berceceran teman-teman saya yang pamer sedang ngedate dengan pacar-pacarnya. Ah.. Itu hanya sedikit memengaruhi hati saya.


Laki-laki saya adalah tipe manusia yang sangat.. sangat menyenangkan untuk diajak berdiskusi atau berdebat sebab ia adalah laki-laki yang cerdas. Pernah sakin Jadi begitulah.. Intinya, karena LDR, beberapa hal menjadi sangat tidak menyenangkan.
LDR tidak mudah, memang. Dan saya sudah katakan kepada diri saya sendiri bahwa saya perlu cepat-cepat merestock kesabaran tiap kali mulai merasa lelah.

 Saya tidak mau menjadi perempuan manja yang selalu menangis tiap kali merasa rindu.Tapi akan selalu ada satu momen saat saya menangis tersedu-sedu, terisak-isak memohon supaya rindu tidak terlalu jalang menggerogoti dada saya, dan bayangan laki-laki saya tidak terlalu jahat menggelayuti kepala saya.

Satu momen yang membuat saya kesulitan bicara dan hanya menangis saja.

Satu momen yang membuat saya kelelahan karena menangis hingga tertidur pulas.

Satu momen yang menunjukkan saya adalah perempuan yang cukup kuat untuk menahan rindu dengan tegar


Hujanlah sudah mata saya.

Berubahlah saya menjadi seorang anak perempuan kecil yang menggenggam erat lengannya, menangis sesenggukan, bersyukur sekaligus takut kehilangan dia.

Perempuan ☺

Selasa, 28 Oktober 2014

Dear, perempuan.

Saya tahu betul rasanya jatuh cinta, sama baiknya seperti yang kamu tahu. Ada debar, percik bahagia, dan bunga-bunga bermekaran di dalam dada. Saya juga tahu bagaimana rasanya kecewa, saat tangis dan luka melebur jadi satu di malam-malam tak berpurnama yang terlanjur kesepian.

sebab cinta membahagiakan, maka sudah seharusnya kita mempertahankan.

Banyak laki-laki tak tahu, bahwa sesungguhnya, dengan memaafkan, perempuan sudah berjuang mengalahkan egonya sendiri.

Hem. Begini begini..

Pernah tidak mengalami pertengkaran hebat, lalu kau menangis sesenggukan, bahkan sampai ketiduran (ini teman saya, sih. Sebut saja namanya Via) atau kau jadi malas berbicara dan inginnya diam saja, malas pula mendengarkan (yang ini teman saya juga, sih. Inisialnya Ula)? Pernah? Nah, di akhir pertengkaran, bertemulah kau dengan momen “maaf-memaafkan” dengan si laki-laki yang ehem, kebetulan kali itu dia yang meminta maaf duluan (tapi memang ngarepnya kan laki-laki duluan ya yang minta maaf? Ngaku!)

Dan kau memaafkan.

Dan itu adalah satu perjuangan.

Banyak laki-laki yang kemudian bilang, “yang minta maaf aku terus, dia mah nggak pernah”. Salah satu teman laki-laki saya pernah curhat seperti itu, saya sih tertawa saja. Lah memang, kalau si laki-laki yang salah kan mereka yang harus meminta maaf, kecuali kalau memang si perempuan yang salah, baru deh boleh ngambek-ngambek kenapa si perempuan tidak meminta maaf. Ah, cukup soal minta maaf di sini. Perdebatan soal “siapa duluan yang seharusnya minta maaf” saya rasa tidak akan habis sampai apocalypse nanti.

Intinya, saat perempuan memaafkan, artinya ia (juga) telah melakukan satu perjuangan.

Dear, men. Note that.

Anyway, surat kali ini tidak saya tujukan untuk laki-laki (yang saya yakin setelah membaca tulisan saya ini akan langsung berteriak ramai “IYAAA, MEMANG PEREMPUAN SELALU BENAR! LAKI-LAKI MAH APAAA ATUH”), tapi saya tujukan untuk teman-teman perempuan.

Uhm, begini.

Sayangku, kita hidup hanya sekali, untungnya.. jatuh cinta bisa berkali-kali. Jadi mari hidup sebahagia-bahagianya. Temukan seorang laki-laki yang bisa kau jadikan teman, pelindung, saudara, dan kekasih. Temukan laki-laki yang memuliakanmu, memperjuangkanmu, dan mencintaimu sama besarnya seperti kau mencintainya.

Saya sedih.

Beberapa waktu lalu, saya temukan salah satu temannya teman saya (iya, saya nggak kenal orangnya) sedang bertengkar dengan pacarnya lewat.. twitter. *enter a dramatic gasp here*

Jadi, mari kita bergosip sebentar, duduklah manis-manis. Saya ceritakan dulu kronologinya..

Masalahnya berawal dari si laki-laki yang sebal melihat perempuannya menangis saat bertemu dengannya, padahal mereka sudah lama tak bertemu. Maksudnya, bukan menangis bahagia, tapi ia tak mengerti si perempuan menangisi apa. Maka ia kesal, kemudian ia menumpahkan perasaannya di twitter.

Sampai di sini, saya mengerti betul kekesalan si laki-laki atas kelakuan cengeng perempuannya, hingga saya tidak berminat memberi tanggapan apa-apa ketika teman saya menceritakan soal masalah mereka.

Hingga akhirnya, sampailah ke bagian “mengapa si perempuan menangis”.

Sama seperti kalian, saya juga penasaran mengapa perempuan itu menangis, bukannya malah bercanda dengan si laki-laki yang mungkin saat itu sedang rindu dan sudah membayangkan pertemuan ceria penuh tawa dengannya. Ternyata, alasan perempuan itu menangis adalah.. si laki-laki minta putus tanpa alasan yang jelas.

Maka ia menangis..

Disaksikan laki-lakinya.

Dan yang lebih mengejutkan adalah.. tweet si laki-laki yang bilang bahwa mengurusi perempuannya yang menangis tanpa sebab adalah bukan urusannya. Ia sama sekali tak merasa bertanggungjawab karena ia sudah memiliki banyak masalah dan si perempuan itu justru menambah masalahnya. Maka dengan berani ia kultwit di sana, pemirsa. Bilang bahwa memiliki kekasih cewek (ia menyebut perempuan kekanakan sebagai cewek) adalah sebuah kutukan. Ia juga menulis unek-uneknya, menyalah-nyalahi si cewek tersebut dan bilang bahwa kalau cewek bisa jadi wanita (perempuan dewasa ia sebut sebagai wanita), ia akan berhenti menyalahi. Kemudian dengan berani, ia memention perempuannya dan bilang, “daripada mengurusi ia menangis, mending saya nonton sepak bola saja”.

Lucu sekali.

Bagaimana mungkin laki-laki sekekanakan dia mengharapkan dijatuhcintai oleh perempuan dewasa?

Jika kau tanya, sayang, adakah yang lebih mengejutkan dari hal itu?

Ada.

Saat saya lihat akun si perempuan, timelinenya terlalu rapi untuk seorang perempuan yang tersakiti. Ia hanya menanyakan siapa yang kekanakan, dia atau si laki-laki tanpa berani memention akun laki-lakinya.

Ah sungguh, pertengkaran di twitter selalu menyenangkan untuk disimak, bukan?

Tapi, sayangku.. bukan itu masalahnya.

Teman saya bilang, perempuan itu begitu sabar. Tapi, sayangku.. jangan cepat-cepat percaya apa kata teman saya.

Sungguh, menjadi sabar dan tolol adalah dua hal yang berbeda.

Ini baru satu cerita yang saya tahu, di luar sana, hanya Tuhan yang tahu berapa banyak perempuan-perempuan “sabar” yang mau saja tetap menjalani hubungan meski ia begitu sakit karenanya. Atas nama apa mereka bertahan? Cinta, sayangku. CINTA.

Entah sejak kapan konsep cinta berubah menjadi begini mengerikan.

Duh, sayangku. Kita hidup hanya sekali, untungnya.. jatuh cinta bisa berkali-kali. Jadi mari hidup sebahagia-bahagianya.

Jadi, jika kau adalah salah satu dari perempuan-perempuan “sabar” yang telah saya sebutkan tadi (tentu dengan kasus yang lebih bervariasi yang mungkin tak pernah terlintas dalam kepala saya sebelumnya), maka ini yang bisa saya katakan:

Lepaskan apa yang membuatmu terluka, lalu berbahagialah.

Melangkahlah, sebab dengan atau tanpa dia, dunia akan tetap sama. Berwarna sebagaimana seharusnya.

Lekas usap air mata, sayangku, lalu bangkitlah.

Jangan menangisi keadaan tapi kau tetap menegangkan kaki di sana, tak beranjak ke mana-mana.

Tak ada yang salah dengan melepaskan sesuatu yang memang tak seharusnya kau genggam. Yakin dan percayalah bahwa Tuhan telah menyiapkan skenario lain untuk hidupmu, untuk sabarmu, untuk cintamu setelah ini.

Takut sedih?

Aduh, sayangku. Sini, biar kupeluk kau.

Dengarkan baik-baik, kesedihan akan selalu datang selama kau masih mampu merasakan kebahagiaan. Mereka adalah pasangan, saling melengkapi. Yang satu ada karena yang satu lagi tercipta. Satu paket datangnya, dan kau tak bisa menolak.

Maka jika setelah putus dengan laki-laki- yang tak pantas kau perjuangkan –mu itu lantas kau merasa berduka, sedih, dan merasa dunia ini tidak adil, merasa lagu patah hati begitu menusuk-nusuk jiwa.. kuberitahu kau bahwa itu adalah perasaan yang wajar. Sebab tak ada yang mampu menanggapi kehilangan dengan bahagia-bahagia saja. Jika setelah putus kau ingin langsung merasa bahagia, then be it!

Berbahagialah. Tulis hal-hal yang membuatmu bahagia, lalu lakukan. Tulis hal-hal yang membuatmu bersyukur karena telah lepas darinya, lalu ikhlaskan.

Jangan hanya diam termenung, menunggu ditemukan laki-laki seperti di dalam dongeng-dongeng “happily ever after” kesukaanmu itu.

This is the reality.

Tak ada satupun laki-laki yang datang padamu jika kau tak membukakan pintu dan mengurung diri dalam rumah kesedihanmu!

Mengutip Christian Simamora dalam Guilty Pleasurenya: “berhentilah mencari laki-laki untuk membuatmu bahagia. Mulailah menjadi perempuan bahagia yang dicari laki-laki”.

Cinta itu tentang saling, sayangku.

Jika kau merasa berjuang sendirian, merasa menangis sendirian, merasa sabar sendirian, maka dengan segenap amarah, biarkan saya menampar keras-keras pipimu.

Sadarlah.

Kau punya pilihan.

Benahi.

Atau tinggalkan.

kepada dirimu ❤

Kamis, 23 Oktober 2014

Saat membaca surat ini, mungkin kau telah menapaki hidup begitu jauh. Ada banyak rasa yang telah kau cecap; kebahagiaan, kesedihan, kekecewaan, kehilangan, haru, senang, lucu, dan rasa lainnya yang datang silih berganti. Menjadi satu kesatuan utuh dalam hidup yang tak mungkin bisa kau hindari. Tapi, seperti yang pernah kau pahami, semua rasa yang ada hanyalah sekeping nuansa di dalam hati. Sifatnya hanya sesaat dan sementara. Suatu kali kau menggenggam, di lain waktu kau harus mampu melepaskan. Maka, aku berpesan, bila suatu saat nanti kau berjalan mengarungi kehidupan dan merasakan kepahitan dari rasa sedih dan kehilangan yang mendalam, ingat-ingatlah lagi bahwa itu hanyalah sesaat dan sementara. Kau hanya perlu menjalaninya dengan seksama, lalu menyelesaikannya dengan tabah. Sebab, itu hanyalah sekeping perasaan di dalam hati. Tidak lebih besar dari kepingan kebahagiaan lain yang menanti kau untuk menggenggamnya. Biarlah bekas luka yang tersisa menjadi bukti dari ketegaran jiwa yang kau punya.

Saat membaca surat ini, mungkin banyak mimpi yang sedang atau sudah kau perjuangkan. Ada beberapa yang mampu kau raih, sisanya yang lain masih begitu abu dan sangsi untuk dapat tercapai. Tapi tak apa, berikan saja usaha terbaik dalam mengupayakannya. Berserah bukan berarti menyerah, tetapi pasrah selepas usaha berlelah-lelah. Maka, aku berpesan, bila dalam perjalananmu nanti kau merasa letih, ingat-ingatlah lagi bahwa itu adalah proses yang kau jalani. Engkau tak pernah tahu apa yang Tuhan persiapkan untukmu, yang bisa kau lakukan hanyalah menjalani apa-apa yang kau yakini. Selesaikanlah apa yang telah kau mulai. Sekalipun kau gagal, itu akan membuatmu paham, mana yang pantas kau perjuangkan dan mana yang semestinya kau lepaskan. Bersabarlah, sebab kesabaran adalah sebaik-baik teman perjalanan. Kuatkan lagi pijakan kakimu dalam melangkah. Perjalanan hidup merupa lorong-lorong hitam paling pekat. Kau akan menemukan cahaya hanya jika mampu berbesar sabar melewatinya. Maka, tenang saja, akan selalu ada kebahagiaan yang menanti di ujung perjalanan.

Saat membaca surat ini, mungkin banyak sahabat terbaik yang mengelilingi hidupmu. Menjadi teman bagi hari-hari panjangmu. Kawan berbincang yang tak menyela pembicaraan, pendengar yang baik bagi ide-ide dan keresahan yang ada di dalam kepalamu. Ruang berbagi tawa dan kesedihan pada setiap waktu yang kau luangkan. Tapi, sebanyak apapun teman, engkau tetaplah berdiri di atas kakimu sendiri. Maka, aku berpesan, bila suatu kali sahabat-sahabatmu satu per satu pergi untuk mewujudkan cita-cita mereka masing-masing, jangan merengek seperti anak kecil yang kehilangan kembang gula. Dukung mereka semampu yang kau bisa. Berikan kenangan terbaik kepada mereka. Sehingga, bila kelak kau semakin jauh, engkau dirindukan sebagai kenangan yang selalu ingin mereka rengkuh. Jadilah sahabat terbaik bagi mereka. Sebab, mereka telah memberikan yang terbaik sebagai sahabatmu.

Saat membaca surat ini, mungkin ada seseorang yang begitu kau cintai. Segenggam hati yang dengan tulus memberikan segalanya untukmu. Ia yang menyuburkan bunga-bunga dan memberi warna-warna bagi tandusnya hatimu yang kesepian. Dekap yang pertama kali memeluk saat kau terjatuh. Kecup yang menciummu saat bibirmu bergetar oleh keraguan. Tangan yang menggenggam untuk menemanimu menempuh perjalanan. Maka, aku berpesan, jaga ia dengan sebaik-sebaiknya. Perjuangkan sebagaimana kau ingin diperjuangkan. Pertahankan ia dengan setabah-tabahnya kesabaran. Sebab, ia adalah yang paling mengenalmu selain dirimu sendiri. Jangan biarkan ia menghilang hanya karena lebih memutuskan untuk pergi. Cintai ia dengan segenap kasihmu. Sayangi ia selembut hatimu. Lindungi ia setegas jiwamu. Sebab, kau adalah istimewa karena telah memilikinya.

Saat membaca surat ini, mungkin kau sedang merasa teramat kesepian karena semua yang kau miliki satu per satu menghilang. Tapi, kau tak perlu bersedih dengan seperih pedih rasa. Engkau tak pernah benar-benar kesepian, sebab aku selalu ada. Tak pernah jauh dari hidupmu. Begitu erat, begitu dekat. Maka, pejamkan sejenak matamu. Kunjungi aku di kedalaman hatimu. Aku adalah dirimu sendiri; keyakinan yang kau punya saat tak ada lagi yang bisa kau percaya.

Bila suatu kali kau tak lagi tahu apa yang harus kau lakukan, buka lagi lembaran surat ini. Semoga menjadi semacam pengingat bahwa kau pernah begitu yakin atas hidupmu sendiri. Aku mencintaimu.

Sebaris harapan berjejer rapi tanpa api.
Tapi nyalanya lebih terang dari matahari.
Hari ini.
Semoga,
Malaikat mendekapmu erat,
Diiringi senyum pengusir sepi.

Dari seseorang yang mencintaimu begitu dalam.
Via dwi wulandari

Hai, Tampan~

Kamis, 20 Februari 2014



Hai tampan, bagaimana kabarmu hari ini? Ahh… belum apa-apa aku sudah rindu. Padahal kita baru saja bertukar sapa, meski jarak melambai-lambai tertawa.

Tampan, aku sering membayangkan kau ada di dekatku. Merayu dan membelaiku seperti terakhir kali kita bertemu. Kata sayang tak lepas dari bibirmu. Dan kau akan langsung mencumbu bila kuukir senyumku. “Jangan tertawa,” katamu waktu itu. “Kalau tidak, kau akan terus kuganggu.” Tapi bagaimana aku harus menahan kebiasaanku itu bila kau terus saja melucu? Atau, kau memang sengaja melakukannya?

Sejujurnya, aku jatuh cinta pada tatapanmu. Menyentuh  hingga ke relung hati. Yang kau sebut sebagai kebiasaanpun terlihat istimewa di mataku. Perhatianmu sederhana, namun membuatku terpana. “Sayangi aku dengan sederhana, dan kau akan tetap jadi yang teristimewa”.

Beberapa hari ini tidak seperti biasanya, tampan. Kau tak sesantai dirimu yang dulu. Berkali-kali kau rangkai kata cinta. Berulang-ulang kau bisikkan rindu.

Aku menyayangimu, tampan. Sungguh! Aku benar-benar menyayangimu. Mengenalmu adalah kebahagiaan kecil yang dititipkan-Nya padaku.

Teruntuk Lelakiku

Pemilik Bintang :)



Dear AAS ;”)
pemilik rindu di kepalaku

Semalam aku memandangi langit dari jendela kamar. Bintang berpendar di sana sini. Cerah sekali. Lalu aku teringat padamu.

Kubayangkan, kita ada di antara bintang yang bertebaran. Kupilih bintang dengan pendar paling terang dan berdekatan. Mungkin saja ada di satu rasi bintang yang sama. Tapi entahlah, aku sama sekali tak mengerti astrologi.

Ada yang bilang, setiap kita memiliki bintangnya sendiri. Bintang paling indah dan paling bersinar. Saking bersinarnya, kadang kita silau dan sekejab buta. Satu atau dua detik. Atau menjelma dewa dewi Yunani yang konon rupawan. Dan kau adalah bintangku yang paling terang.

sayang, bintang terangku, tak perlu terburu menyelesaikan percakapan dengan jarak. Bayangan yang menemanimu, seperti bayangan yang menemaniku. Perihal cinta yang dijatuhkan, ia telah menempatkan diri. Kau di hatiku, dan aku di hatimu. Ini bukan masalah ragu, tapi kadang ada kabut yang menutupi pandangan. Tapi tenanglah, tujuan perjalanan hatiku adalah kamu, semoga tak tersesat dan selamat sampai nanti bertemu dalam SAKIT yang kau bisikkan di telingaku.

Jadi rangkul jarak dengan akrab. Kelak, dia akan ikut tergelak dalam takdir yang mempersatukan kita.

Tertanda :
Pemujamu

Gadis Kuat



GADIS KUAT
Ya, kamu gadis yang kuat @AfiniWarhamna

 Harus kuat. Karena dunia terkadang kejam. Sekalipun kita memberikan yang termanis dan terbaik padanya. Sekalipun kita sudah terseret jatuh dan menganga luka. Dunia seakan tak peduli. Waktu terus bergerak seakan tak terjadi apa-apa. Kita siapa? Kita apa? Kita hanya harus menjadi gadis yang kuat.

Ah~~
Apa  yang telah aku katakan?
Aku rasa perihal kuat dan bertahan kamu lebih ahli.
Tak seharusnya aku berusaha memberitaumu.
Maafkan.

Ingat dulu saat smp? Hanya dengan saling menatap kita sudah tau isi fikiran masing-masing. Betapa hebat! Tidak semua bisa seperti kita dulu. Sahabat yang telah lama bersama, pun. 
Dan tentang menjadi gadis kuat, kau tau bisa melepas topeng itu padaku. hanya pada kita berdua, biasanya yang kutau. Karena sekuat apapun kita tetaplah gadis. Ada saat dimana gadis harus menangis. Selalu akan tiba saatnya. Dan jika sebab tangismu adalah derita yang kamu simpan sendiri, berbagilah. Aku tak akan pernah membencimu kak. Pun Ayu. Karena kita adalah dua gadis yang lemah saat bersatu. Dan kita adalah dua gadis hebat kelak. Aku menyayangimu kak, maaf jika aku belum bisa jadi adik yang baik untukmu.

Maafkan.
Salam sayang dari Adikmu
Via dwi wulandari

(kamu)

Sabtu, 08 Februari 2014



"Untuk kamu. Dimana di sana, hatiku telah cukup lama tinggal."

Aku lupa. Entah sejak kapan aku mulai suka berbicara banyak hal kepadamu. Meluangkan banyak waktu hanya untuk berbagi cerita-cerita tentang masa depan. Impian-impian kecil ku di masa depan. Atau harapan-harapan ku untuk di masa depan.

Aku lupa. Entah bagaimana aku mulai suka menatapmu lama-lama duduk tepat di depanku. Mendengarkan banyak cerita yang kamu bagi untuk ku. Meluangkan banyak waktu hanya untuk mendengar cerita-cerita tentang masa depanmu. Impian-impian kecil mu di masa depan. Atau harapan-harapan mu untuk di masa depan.

Aku lupa. Entah dari mana datangnya rasa takut untuk kehilangan kamu. Kehilangan cerita-cerita kamu yang sengaja kamu perdengarkan untuk ku. Kehilangan banyak waktu yang biasa kita luangkan bersama. Kehilangan caramu menghiburku ketika aku sedang tak baik.

Kamu pasti paling tahu. Aku tak pandai untuk berbicara banyak tentang perasaanku sendiri untukmu. Aku bahkan tak paham betul bagaimana aku harus menunjukkan sayang yang sebenarnya untukmu. Aku tak seperti mereka yang mengatakan kepada orang lain, betapa mencintanya mereka terhadap pasangannya. Dan seketika pula, mereka mengatakan betapa bencinya mereka terhadap pasangannya.

Sungguh. Aku tak ingin seperti itu. Aku tak ingin berlebihan mencintaimu. Aku pun tak ingin memaksamu untuk tinggal di sini jika kau sudah tak mencintaiku. Kamu pun tak perlu memperdulikan ketakutanku untuk kehilanganmu.

Aku bukanlah seorang pengingat yang baik, sayang. Kamu pasti paham betul itu. Karena apa yang aku ingat secara berlebih, itu lah yang akan aku lupakan terlebih dulu. Kamu tak perlu cemas. Karena bahkan aku mengingatmu dengan cara yang sederhana.

Aku mengerti. Bagaimana upaya kamu untuk tetap tinggal dengan perempuan keras kepala seperti aku. Bagaimana upaya kamu untuk tetap bertahan menjaga perempuan menyebalkan seperti aku.

(k).jpg